Translate

Sabtu, 28 April 2012

ANTARA KETUA DAN PEMIMPIN

ANTARA KETUA DAN PEMIMPIN


........Ya......itulah, bikin ini salah bikin itu kurang tepat, memang tidak ada sesuatu yang mudah dilakukan di dunai ini" kata-kata  ini terdengar di tengah ladnag padi yang di kelilingi hutan rimba sekitar 15 Tahun yang lalu. hal ini langsung saj terlintas di alam ingatanku ketika di minta oleh temen-temen Komisariat HMI untuk menuliskan sebuah kisah yang pernah terjadi atau pernah diraskan selama menjabat sebagai ketua umum HMI Komisariat FE UT pada Tahun 2008 yang lalu.

Tanpa disertai banyak rasa yakin dengan permintaan tentang tulisan tersebut, sejenak saya berfikir bahwa tidak salah juga bila memenuhi permintaan teman-teman pengurus Blog Sang Ketua ini. walau pada kenyataannya tulisan ini hanya merupakan perspektif saya selaku pribadi saja, yang mana sangat mungkin ada perbedaan pendapat atau pandangan dari teman-teman yang lain mengenai beberapa persoalan yang akan di utarakan, hal-hal yang akan di utarakan hanya berdasarkan pengalaman individu selaku Ketua Umum Komisariat FE UT periode 2008-2009 M yang lalu. Dengan demikian tentu saja teman-teman yang pernah menyempatkan diri untuk membaca tulisan ini boleh memberikan komentar atau bantahan melalui tulisan-tulisan yang lain yang juga bisa di postingkan pada Blog yang sama.

Bagi seorang yang hobby menulis tentu saja tidak selalu memerlukan alasan yang tepat unutk mulai menulis dan mempostingkannya pada sebuah Blog. Tapi perlu sedikit alasan bila kita menulis dengan tujuan memenuhi permintaan para pengurus Blog, karena antara penulis dan pengurus Blog "Sang Ketua". berasal dari Komisariat yang sama. Dengan kesamaan latar belakang asal Komisariat ini pula merupakan salah satu alasan untuk saya menuliskan sepenggal cerita tentang suka-duka ketika menjabat Ketua Umum sebuah organisasi di Komisariat FE UT, dengan harapan untuk memberikan dorongan terhadap para pengurus Blog agar tetap semangat. dan jika boleh penulis juga ingin menaruh harapan terhadap para mantan-mantan Ketua dan para pengurus yang lain juga anggota Komisariat untuk menulis dalam rangka membantu dokumentasi dari beberapa sejarah masa lalu tentang hal-ikhwal yang pernah di alami dalam proses beroganisasi oleh orang-orang yang sebelumnya pernah menjabat. Khusus bagi para mantan Ketua Umum, mungkin saja tulisan seperti ini dapat membantu Ketua Umum yang sedang menjabat maupun yang akan datang dalam hal mengambil keputusan atau tindakan-tindakan kedepannya dengan pertimbangan untuk sebuah kemajuan organisasi di masa yang akan datang.

Menjadi seorang Ketua adalah sesuatu yang luar biasa serta mendaptkan sedikit citra yang baik dimata banyak orang bila kita berada di debuah organisasi atau kelompok yang sedang di gandrungi banyak orang. Namun agak berbeda sedikit bila kita berada di sebuah organisasi atau kelompok yang masih baru ( belum di kenal ) atau di organisasi yang sudah usang, mulai di tinggalkan orang-orang alias kita berada pada posisi ibarat buah yang penghujung, dimana buah-buah yang bagus serta baik sudah duluan di petik orang. menjadi Ketua pada organisasi yang terakhir ini biasanya tidak banyak orang yang berminat karena yang tampak jelas di depan mata adalah perjuangan yang di sertai pengorbanan. sedang pujian dna penghargaan tampak seperti Fatamorgana.

Menjabat sebagai Ketua dalam organisasi yang mulai kehilangan nilai pamor di mata masyarakat maupun mahasiswa tentu bukan sesuatu jabatan yang harus dipertahankan bagi  orang-orang yang berfikir menikmati keindahan oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini seseorang yang memberanikan diri untuk berkorban perlu berfikir anti tesis dari persoalan yang ada sambil berusaha sekuat tenaga untuk mengobarkan api semangat kepada para anggota maupun pengurus yang lainnya. selain pengorbanan materi dan imateri, kemampuan strategi juga dituntut dalam menjawab tantangan yang muncul di depan mata. meski masih beberapa mantan pengurus yang lalu, menaruh simpatinya pada anda, hal itu tidak sampai lima puluh persen untuk bisa anda andalkan, karena keberhasilan itu lebih banyak diharapkan dari kemampuan anda berdiri diatas kaki sendiri (independent).

Dalam hal proses menuju posisi jabatan seorang Ketua dalam sebuah organisasi semacam ini tidak terlalu banyak tantangan maupun rintangan. sedikit saja anda kelihatan seperti memiliki keberanian, sebagian orang telah menyetujui, bahkan bisa langsung menunjuk anda sebagai ketuanya, namun anda di ibaratkan bisa dengan gampang untuk memasuki rumah yang berantakan dan bahkan bisa langsung sampai kedapur-dapurnya sekaligus. sekali anda masuk dalam rumah tersebut dengan tanpa aral menghadang, namun tak segampang yang anda bayangkan untuk keluar lagi dari rumah tersebut, bila anda mempunyai niat baik untuk merapihkan kembali rumah yang sudah berantakan tersebut. begitu juga dalam proses usaha anda dalam merapihkan kembali rumah dan seisinya. tidak segampang anda membalikkan telapak tangan yang gampang dan suka-suka anda, karena rumah yang berantakan tersebut masing-masing punya sejarah dan latarbelakang mengapa ia menjadi berantakan. bisa jadi saat itu anda menganggap prioritas utama yang harus dibenahi adalah dapur. tanpa anda mengetahui dan mengurai latarbelakang keberantakan itu terlebihdahulu bisa membuat anda terkunci dengan sendirinya di ruangan dapur tersebut sehingga anda terpaksa mendobrak pintu pembatas antara dapur dan ruangan tengah maupun ruang depan, al-hasil dapur yang sudah dirapihkan tersebut menjadi berantakan kembali dan kemurungan mulai menghampiri anda yang sebelumnya telah memiliki semagat 45. bila hal ini terjadi anda berusaha untuk tidak larut dalam kegundahan, karena seorang ketua yang memiliki jiwa atau karakter pemimpin sejati, harus tetap mengusahakan visi-misi yang berpandangan jauh kedepan.

seseorang yang mempunyai karakter pemimpin, akan merasakan sebuah tantangan yang lebih dahsyat ketika menemui situasi yang sulit, dan bukan justru sebaliknya, untuk turut menguras tenaga team yang tersisah dengan menunjukkan kesedihannya. "tidak ada Adam dan  Hawa turun kebumi tanpa mereka telah berbuat suatu kesalahan" dan tidak pula ada kebaikan di muka bumi tanpa adanya keburukan. keindahan yang hakiki merupakan janji Tuhan tentang syurgaNya di akhirat. usaha, usaha, dan usahalah untuk meyakini, bahwa anda tentu tidak akan pernah bertemu kejadian menarik seperti itu andai kata tidak ada keberanian yang anda miliki dalam diri, begitulah kata yang saya kutip dari pak Mario Teguh yang sering muncul di metro tv.

Tidak semua Ketua berusaha menjadi seorang Pemimpin yang baik dimata team atau anggotanya namun bila usaha menjadi pemimpin yang baik itu dilakukan akan memunculkan suatu kebanggaan tersediri bagi kita yang tidak bisa dibagikan pada orang lain. Realita Ketua yang tidak menjadi Pemimpin yang baik ini dapat kita lihat pada sosok seorang Ketua atau Pemimpin yang tidak menimbulkan rasa di pimpin yang benar bagi team yang dipimpinnya. Menjadi pemimpin identik dengan menjadi seorang pendengar yang baik dari berbagai saran maupun pendapat, menurut pengalaman Anas Ubanigrum dalam perjalanan hidupnya sebagai mantan Ketua Umum PB HMI dan lompat kemudian menjadi Ketua Partai Demokrat di masa jayanya. Dalam hal ini mendengar tentu pula mesti di Filter agar tidak membuat urusan menjadi tambah rumit, untuk bisa memfilter hal tersebut sangat di pengaruhi oleh kestabilan emosi dan kepala dingin, agar penetapan target berikutnya tidak melenceng diluar terlalu jauh.

Sampai disini sebaiknya anda pertimbangkan dulu perasaan anda sebelum melanjutkan untuk meneruskan bacaan ini, bila anda sudah mulai berfikir bahwa sebaiknya anda tidak menjabat sebagai Ketua seperti ini atau dengan alasan lain agar anda tidak menemui kisah tragis seperti ini,hal itu pertanda anda telah terlalu banyak terpengaruh dengan stigma negaif dari uraian cerita ini.

Penulis kali ini sama sekali tidak bermaksud mempengaruhi siapapun, tapi bila anda mulai berfikir tentang beberapa tindakan yang anda akan lakukan jika memimpin mungkin itu cukup menggambarkan bahwa anda dalam keadaan normal sebagai manusia yang tidak hanya dibekali akal tetapi sekaligus dikaruniai dengan perasaan. Seorang pemimpin juga harus menyeimbangkan keduanya antara akal dan perasaan karena dengan akal pemimpin dapat membawa  teamnya sampai kebaikan, tetapi dengan perasaan juga seorang pemimpin dapat mencegah kesalahan terjadi.

Tidak ada komentar: