Translate

Rabu, 12 September 2012

GOTONG ROYONG


Latar Belakang
      Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari keadaan lingkungan yang mulai tidak terjaga kebersihannya. Sedangkan kebersihan lingkungan hanya dapat diciptakan oleh masyarakat itu sendiri. Bantuan dana dalam jumlah besar serta program-program tidak dapat menghasilkan perubahan tanpa keikutsertaan masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitar. Kebersihan lingkungan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam, salah satunya adalah bergotong royong.
      Gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. 1 Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dengan melakukan gotong royong, antara lain dengan bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan tentu masyarakat akan terhindar dari berbagai macam penyakit, seperti wabah diare. Selain itu juga, gotong royong dapat menciptakan semangat kebersamaan, persatuan, dan kesatuan yang merupakan sikap dan karakter bangsa Indonesia. Suatu kegiatan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal dan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat bila dikerjakan secara individu. Oleh karena itu, gotong royong sangat diperlukan untuk memperoleh keduanya.
      Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumahnya membuat lingkungannya terlihat begitu kumuh dan kotor. Situasi ini dapat kita temui di daerah yang dipadati oleh penduduk, yang memiliki jarak antara satu rumah ke rumah lainnya sangat dekat, serta hanya menyisakan sedikit lahan yang bisa dijadikan jalan untuk bisa dilewati oleh kendaraan beroda empat. Begitu juga daerah di RW 08, kelurahan Petojo Utara, terlihat begitu kumuh dan tidak terjaga kebersihannya. Padahal menurut Sadaton (1960: 43), syarat-syarat halaman rumah yang sehat apabila jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain tidak boleh terlalu dekat, rumah-rumah yang terletak di daerah yang rendah lebih baik memiliki langit-langit yang aga tinggi, dan tidak membiarkan sampah berserakan dihalaman.
      Selain lingkungan rumah yang tidak memenuhi persyaratan, MCK (Mandi Cuci Kakus) di daerah tersebut pun tidak terawat dan kotor. Masyarakat setempat tidak lagi memperhatikan kebersihan MCK yang sering mereka gunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi, mencuci, dan buang air besar maupun kecil. Mereka “seenaknya” menggunakan sandal yang kotor ke dalam MCK, serta tidak adanya jadwal kebersihan untuk mengontrol kebersihan MCK tersebut. Kumuhnya lingkungan di RW 08 tersebut menyebabkan banyaknya balita yang menderita penyakit DBD (Demam Berdarah Dangue) dan diare.
      Melihat sudah tidak terjaganya lagi lingkungan di daerah RW 08 tersebut, maka disusun berbagai macam program yang diharapkan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan untuk melakukan gotong royong. Melalui kegiatan gotong royong ini masyarakat akan melakukannya secara bersama-sama, sehingga diharapkan mempermudah pekerjaan masyarakat setempat untuk membersihkan lingkungan sekitar, menjaganya agar tetap bersih dan dapat mengurangi jumlah balita yang terkena penyakit DBD dan diare. Selain itu juga, masyarakat diharapkan bisa menyadari akan pentingnya kebersamaan dalam menjalankan suatu kegiatan sehingga dapat terjadinya perubahan perilaku, dari yang terbiasa melakukan secara individu, beralih melakukannya secara bersama-sama.

Rumusan Masalah
      Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka ada dua masalah pokok yang akan diteliti dalam penulisan ini, yaitu:
  1. Bagaimanakah perubahan perilaku masyarakat sebelum dan sesudah melakukan gotong royong?
  2. Apa sajakah kendala yang dihadapi oleh para petugas RW ketika berusaha menumbuhkan semangat bergotong royong masyarakat?
1.3 Tujuan Penelitian
      Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui perubahan perilaku masyarakat RW 08, Kelurahan Petojo Utara, Jakarta Pusat, sebelum dan sesudah melakukan gotong royong.
  2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi petugas RW 08 ketika berusaha menumbuhkan semangat bergotong royong masyarakat RW 08.
1.4 Manfaat Penelitian
1.      Untuk memberikan gambaran tentang perubahan perilaku yang dihasilkan melalui kegiatan gotong royong.
2.      Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kendala apa sajakah yang dihadapi para petugas RW 08 dalam usaha mereka untuk menumbuhkan semangat gotong royong masyarakat.

BAB II

2.1  Pengertian Gotong Royong
      Gotong royong memiliki pengertian bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Sikap gotong royong harus dimiliki oleh setiap elemem atau lapisan masyarakat di Indonesia, khususnya masyarakat RW 08, Kelurahan Potojo Utara, Jakarta Pusat. Hal ini disebabkan, segala sesuatu yang dikerjakan secara bersama-sama dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat selesai, dan pastinya pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar dan maju. Bukan itu saja, dengan menerapkan kebiasaan gotong royong, dapat membangun hubungan persaudaraan atau silaturahmi yang semakin erat.
      Sedangkan pekerjaan yang dilakukan secara individu, pekerjaan akan terasa lebih sulit dan membutukan waktu yang lama, serta memeperlambat pambangunan di daerah tersebut. Suatu pekerjaan yang dilakukan secara individu akan menimbulkan kesenjangan sosial diantara masyarakat di daerah tersebut.
      Menurut Susi (http://elcom.umy.ac.id), setiap individu yang melakukan suatu kegiatan secara bersama-sama memiliki alasan bahwa manusia membutuhkan sesamanya untuk mancapai kesejahteraan, baik jasmani maupun rohani, manusia sebagai makhluk yang berbudi luhur yang memiliki rasa saling mengasihi, dan tenggang rasa terhadap sesamanya, dasar keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa yang mengharuskan setiap manusia untuk bekerja sama untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, serta kesadaran bahwa suatu usaha yang dilakukan secara bersama-sama akan lebih terasa mudah, ringan, dan cepat selesai.
      Dalam gotong royong terdapat nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya, seperti yang di jelaskan oleh Susi (http://elcom.umy.ac.id), nilai-nilai norma yang terkandung  itu antara lain kebersamaan, saling membantu dan mengutamakan kepentingan umum, usaha pemenuhan kesejahteraan, dan usaha penyesuaian antara kepentingan pribadi dan umum.

2.2  Perubahan Sosial dan Kebudayaan
      Pada zaman dahulu, masyarakat Indonesia hampir tidak terlepas dari kegiatan bergotong royong, namun semakin berkembangnya zaman yang memaksa manusia untuk melakukan aktivitas diluar rumah, maka kegiatan bergotong royong sudah jarang dilakukan oleh sebagian masyarakat. Setiap masyarakat, disadari atau tidak disadari, akan mengalami perubahan. Soerjono (1982: 258) mengungkapkan perubahan-perubahan masyarakat ini dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, dan lain sebagainya.
      Para ahli telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsp perubahan sosial, ada yang berpendapat bahwa perubahan itu terjadi dikarenakan unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti unsur-unsur kebudayaan. Ada pula yang berpendapat bahwa perubahan sosial itu bersifat periodik dan non periodik. Namun, Pitirim A. Sorokin (dalam Soerjono Soekanto, 1982: 263) meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi, perubahan-perubahan itu akan tetap ada, dan lingkaran yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial itu harus tetap dipelajari agar dapat diperoleh suatu generalisasi.
      Kingsley Davis (dalam Soerjono Soekanto, 1982: 266) berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Namun, dalam kehidupan sehari-hari tidak mudah untuk menemukan perbedaan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan, karena tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan yang tidak terjelma oleh masyarakat.
      Pada dewasa ini perubahan sosial dapat diketahui dengan ciri-ciri bahwa tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, suatu perubahan pada suatu lembaga tertentu akan diikuti perubahan pada lembaga sosial lainnya, perubahan sosial yang terjadi dengan cepat akan menyebabkan disorganisasi yang bersifat sementara karena terdapat proses penyesuaian diri di dalamnya, yang dimana disorganisasi ini akan diikuti oleh reorganisasi yang memantapkan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru, serta perubahan-perubahan sosial tersebut tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja. (Soerjono, 1982: 267-268)

      Perubahan-perubahan sosial akan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Perubahan itu mungkin akan bergerak kepada sesuatu bentuk yang baru atau bergerak kearah suatu bentuk yang sudah ada pada masa lampau.

2.3  Gotong Royong Dalam Psikologi Sosial
      McDavid dan Harari (1968) (dalam Sarlito, 2002: 9) mendefinisikan psikologi sosial sebagai studi ilmiah tentang pengalaman dan perilaku individual dalam kaitan dengan individu lain, kelompok dan kebudayaan. McDavid dan Harari mencoba untuk memperhitungkan pengaruh masa lampau di dalam definisinya, karena mereka mencoba untuk mengaitkan antara pengalaman dan perilaku individu tersebut, yaitu individu lain, kelompok, dan kebudayaan.
      Dalam psikologi sosial, Myers (1996) (dalam Sarlito, 2002: 328) menjelaskan bahwa hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri disebut altruisme. Altruisme memiliki berbagi teori, namun teori yang mendekati alasan masyarakat melakukan gotong royong adalah teori empati dan teori norma sosial.
      Batson (1991,1995) mengatakan bahwa egoisme dan simpati berfungsi dalam perilaku tolong menolong. Bila egoisme dan simpati digabungkan, maka keduanya dapat menjadi empati, yaitu ikut merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaannya sendiri. Dalam teori ini Miller dan Eisenberg (1988) menitik beratkan pada usaha menolong ini terletak pada penderitaan orang lain, bukan pada penderitaannya sendiri, karena jika orang lain dapat terlepas dari penderitaannya, maka si penolong pun akan terbebas dari penderitaanya juga. (dalam Sarlito, 2002: 329-330)
      Menurut teori norma sosial, orang menolong karena diharuskan oleh norma-norma sosial. Ada tiga macam norma sosial yang biasa dijadikan pedoman, yaitu (a) norma timbal balik (reciprocity norm), kita membalas pertolongan dengan pertolongan, (b) norma tanggung jawab sosial (social responsibility norm), kita wajib menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan apa pun di masa yang akan datang, dan (c) norma keseimbangan (harmonic norm), norma ini berlaku di dunia Timur. Teori ini menjelaskan bahwa seluruh alam semesta harus berada dalam keadaan yang seimbang, serasi, dan selaras. Manusia harus membantu untuk mempertahankan keseimbangan itu, antara lain dalam bentuk perilaku menolong. (Sarlito, 2002: 330-331)
 
2.4 Kesehatan masyarakat
      Kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya. Kesehatan pribadi dan kesehatan masyarakat saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini dikarenakan, semakin banyak orang yang memperhatikan kesehatan dirinya sendiri, maka makin baik kesehatan masyarakatnya. Begitu juga sebaliknya, semakin buruk kesehatan masyarakatnya, maka akan berpengaruh kepada kesehatan pribadi warga masyarakatnya.
      Menurut Indan (1994: 20), faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang itu antara lain penyebab penyakit, manusia sebagai tuan rumah, dan lingkungan hidup. Jelas sekali bahwa lingkungan hidup berperan penting dalam kesehatan. Lingkungan hidup itu sendiri diartikan sebagai segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat (Indan, 1994: 22).
      Indan membagi lingkungan hidup ini ke dalam empat golongan, yaitu lingkungan biologi, fisik, ekonomi, dan mental sosial. Keempat golongan lingkungan ini saling mempengaruhi, yang dimana bila kemiskinan disertai dengan sifat-sifat anti sosial akan menyebabkan keruntuhan akhlak secara total
     
ANALISIS
            Gotong royong merupakan salah satu cara untuk merubah perilaku masyarakat. Dengan terbentuknya perubahan perilaku masyarakat, maka kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya akan terjaga dengan baik, khususnya bagi masyarakat dikawasan padat peduduk, yang identik dengan kekumuhan. Namun, usaha gotong royong ini bukanlah suatu yang mudah diterima kembali oleh masyarakat zaman sekarang yang mulai mementingkan kepentingan dirinya sendiri.
            Usaha untuk mengembalikan kembali semangat gotong royong ditengah-tengah masyarakat yang mulai memiliki aktivitas dan kesibukan yang berbeda bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Berbagai aspek harus diperhitungkan dengan jelas, seperti pemilihan waktu yang tepat untuk melakukan gotong royong, hal ini dikarenakan jam kerja setiap individu yang berbeda-beda.
            Begitu juga para petugas RW 08, Kelurahan Petojo Utara, berusaha keras untuk membangkitkan semangat gotong royong masyarakatnya. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk menyusun berbagai macam program yang diharapkan melalui program-program ini dapat membangkitkan semangat gotong royong masyarakat untuk menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka. Program-program itu antara lain adalah:
1.      Program Penghijauan
      Program ini merupakan kegiatan menanam tanaman hias dan pohon di sekitar rumah untuk menambah asri lingkungan rumah. Kegiatan ini dimulai sejak tahun 2004. Atas semangat bersama untuk memberikan penghijauan di lingkungan RW 08, saat ini sudah ada satu warga yang berhasil membudidayakan tanaman anthurium dan adenium.
2.      Program Komposing
      Program ini merupakan kegiatan memilah sampah yang dimulai dari rumah tangga. Sampah organik ini dimanfaatkan untuk kompos dan sampah plastk di daur ulang. Saat ini kader posyandu sedang mengembangkan kompos “Takakura”, dan melalui program ini volume sampah telah berkurang 10-15%. Sampah yang didaur ulang oleh para kader posyandu tersebut telah mengikuti pameran di berbagai instansi pemerintah atau lembaga lainnya, serta pameran di Monas. Melaui program ini juga kader posyandu berhasil menyumbangkan dana untuk kas RW 08 sebesar Rp. 7.800.000,-.
3.      Program Kali Bersih
      Melalui program ini pengurus RW 08 mengajak masyarakat, khususnya bapak-bapak dan para pemuda, untuk membersihkan kali krukut. Program ini dilaksanakan tiga bulan sekali (dimulai sejak Mei 2004). Akan tetapi, program ini memiliki kendala, yaitu banyaknya lumput yang terdapat di dalam kali Krukut dan masih kurangnya  kesadaran masyarakat, sehingga hasil yang diperoleh melalui program ini tidak maksimal.

4.      Program Pengelolaan Air Bersih
      Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan warga melalui pentingnya air minum yang bebas dari kuman dan wadah penyimpanan yang aman dari rekontaminasi.
Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan hingga saat ini adalah melakukan diskusi cara-cara pengelolaan air yang dilakukan secara rutin, 2 kali seminggu, yang dihadiri oleh setiap perwakilan warga sejak tahun 2006. Akan tetapi pada saat ini, kegiatan ini hanya dimonitoring oleh ibu-ibu PKK.
Program pengelolaan air bersih ini lebih dikenal dengan sebutan “air rahmat”, yang dimana melalui program ini juga mulai merubah perilaku masyarakat RW 08. Masyarakat sudah mulai mengerti untuk menggunakan air bersih untuk kegiatan sehari-hari, terutama untuk kebutuhan memasak dan air minum. Selain itu juga, jumlah penduduk yang terjangkit penyakit DBD dan diare sudah  mulai berkurang. Pada tahun 2007, jumlah penduduk yang terjangkit penyakit DBD sekitar 9 orang dan yang terjangkit wabah diare sekitar 2 orang. Akan tetapi perubahan drastis terjadi pada tahun 2008, tidak ada satu penduduk pun yang terjangkit penyakit-penyakit tersebut. Ini merupakan hasil dari perubahan perilaku masyarakat yang patut dibanggakan. Perubahan perilaku ini tidak akan terjadi tanpa ada kerjasama antara pengurus RW 08 dan masyarakat sekitar.
Program-program diatas bertujuan untuk dapat merubah perilaku masyarakat sekitar agar memiliki kesadaran diri untuk melakukan gotong royong dari hal-hal kecil hingga hal-hal yang sulit untuk dikerjakan. Melalui program ini, sudah dapat terlihat dengan jelas bahwa masyarakat di RW 08 sudah mulai menunjukkan perubahan perilaku. Hal ini dapat dilihat sebagian besar program-program yang telah direncanakan sudah berjalan dengan lancar atas kerjasama antara pengurus RW, ibu-ibu PKK, pengurus posyandu, dan masyarakat sekitar.
Untuk mengetahui respon dari masyarakat tentang perubahan perilaku setelah terjadinya kegiatan gotong royong pada masyarakat di RW 08, Kelurahan Petojo Utara, maka dilakukan suatu penelitian. Dari hasil penelitian tersebut, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1
Masyarakat RW 08 sudah menerapkan kebiasan gotong royong
No
Jawaban responden
Frekuensi
Presentase (%)
keterangan
1
Iya
40
80%

2
Tidak
10
20%


Dari hasil kuesioner pada table 1, dapat diketahui jumlah masyarakat yang sudah melakukan kebiasaan gotong royong sebanyak 80 orang dengan presentase sebanyak 80%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sudah tinggi. Kesadaran masyarakat yang tinggi ini telah berhasil menciptakan suatu perubahan perilaku yang berdampak positif kepada kebersihan dan kesehatan lingkungan. Perubahan perilaku ini dapat dilihat dari perbandingan hasil kuesioner di bawah ini;
Tabel 2
Sebelum gotong royong
No
Keadaan lingkungan
Jawaban Responden
Iya
Tidak
Frekuensi
Presentase
Frekuensi
Presentase
1
Perencanaan program
-
-
50
100%
2
Kebersihan
13
2,6%
37
7,4%
3
Kesehatan
15
30%
35
70%
4
Penularan penyakit
38
7,6%
12
2,4%

Pada tabel diatas dapat terlihat dengan jelas bahwa sebelum tahun 2004 program-program, yang telah terlebih dahulu disebutkan diatas, belumlah tersusun sehingga mengakibatkan masyarakat tidak memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungannya. Hanya sebagian kecil masyarakat yang menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, dan ini kurang didukung oleh masyarakat lainnya, Kurangnya kesadaran masyarakat ini mengakibatkan banyaknya jumlah masyarakat yang terserang panyakit, seperti DBD dan diare.
Melihat begitu kurangnya kesadaran masyarakat, maka pada tahun 2004 hingga pada saat ini, para pegurus RW 08 menyusun berbagai program untuk menjaga kebersihan serta kesehatan lingkungan. Setelah program-program itu terlaksana, maka terlihat dengan jelas perubahan peilaku masyarakat, yang berdampak positif terhadap lingkungan. Perubahan ini dapat terlihat pada tabel dibawah ini;

Tabel 3
Sesudah gotong royong
No
Keadaan lingkungan
Jawaban Responden
Iya
Tidak
Frekuensi
Presentase
Frekuensi
Presentase
1
Perencanaan program
50
100%
-
-
2
Kebersihan
45
90%
5
10%
3
Kesehatan
48
9,6%
2
4%
4
Penularan penyakit
49
9,8%
1
2%

Pada tabel diatas terlihat dengan jelas perubahan yang drastis, bila kita bandingkan dengan keadaan lingkungan pada sebelum tahun 2004. Program-program sudah mulai terlaksana secara rutin, sehingga kebersihan dan kesehatan lingkungan pun terpantau dengan baik. Perubahan perilaku masyarakat terhadap lingkungan ini pun menyebabkan jumlah masyarakat yang terserang penyakit, seperti DBD dan diare, berkurang jauh.
Melihat sudah tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk bergotong royong menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa tujuan awal para pengurus RW 08 menyusun program-program diatas telah berjalan lancar. Namun, keberhasilan ini bukanlah sesuatu yang mudah  untuk diraih. Para pengurus RW harus bersabar dan penuh kegigihan ketika harus menghadapi warga yang tidak ingin melakukan kegiatan gotong royong.
Pengurus RW 08 membutuhkan waktu yang lama untuk menerapkan kebiasaan bergotong royong ini kepada warganya. Tidak sedikit warga yang menolak program-program tersebut. Mereka berpendapat bahwa lingkungan mereka bisa bersih tanpa harus diadakan kegiatan secara bergotong royong. Mungkin mereka bisa membersihkan lingkungan rumah mereka, akan tetapi hasilnya tidaklah akan maksimal. Hal ini dikarenakan, mereka hanya memperhatikan, merawat dan menjaga kebersihan lingkungan rumah mereka, tetapi tidak pada lingkungan diluar batas rumah mereka sendiri.
Sosialisasi ini pula mengalami kendala yang datang dari faktor internal, yaitu kurangnya pengurus RW 08 serta kurangnya dana untuk melaksanakan program-program ini. Berbagai macam cara telah dilakukan untuk terlaksananya kegiatan gotong royong ini, mulai dari mengeluarkan dana pribadi setiap pengurus RW sampai pada mencari sponsor. Semua usaha ini dilakukan agar terlaksanya program-program yang telah terencana tersebut, dan agar terciptanya perubahan perilaku masyarakat RW 08.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kehidupan bermasyarakat tidaklah dapat terlepas dari kegiatan bergotong royong. Namun pada zaman sekarang banyak yang telah mengesampingkan manfaat yang dapat diambil dalam pelaksanan gotong royong.
Kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong harus terus ditingkatkan, karena bila kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong, maka akan terjadinya perubahan perilaku di dalam masyarakat tersebut. Perubahan ini dapat terlihat dari kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan serta kesehatan lingkungan secara bersama-sama.
Lingkungan yang bersih dan sehat akan menghasilkan dampak positif bagi kelangsungan hidup masyarakat RW 08, yaitu berkurangnya jumlah masyarakat yang terjangkit penyakit, seperti DBD dan diare.
Masyarakat mulai bergotong royong melaksanakan program-program yang telah tersusun secara rutin. Warga RW 08 tidak lagi merasa jijik ketika mereka harus membersihkan kali krukut, tidak lagi harus menunggu lingkungan terlihat gersang, tidak lagi risih ketika harus memilah sampah untuk diduar ulang, dan sebagainya. Mereka akan langsung “bergerak” untuk membersihkan lingkungan dan menjaga kesehatannya, ketika mereka merasa tidak nyaman dengan lingkunganya. Melalui program-program yang telah disusun, masyarakat merasa terbantu ketika mereka ingin membersihkan lingkungan mereka.
Menumbuhkan semangat gotong royong dalam diri setiap masyarakat di RW 08 bukan lah sesuatu yang mudah dan dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat. Para pengurus RW 08 membutuhkan waktu selama bertahun-tahun untuk mensosialisasikan program-program mereka kepada masyarakat sekitar. Para pengurus RW juga tidaklah jarang harus beradu argumentasi dengan masyarakat yang menolak untuk melaksanakan program-program tersebut. Selain itu juga, keterbatasan tenaga yang dimiliki para pengurus RW serta keterbatasan dana juga menghambat terlaksananya program-program tersebut yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat kebersamaan masyarakat untuk melakukan gotong royong.
5.2 Saran
Para pengurus RW hendaknya terus memantau keberlangsungan program-program yang telah disusun. Mereka tidak boleh merasa bangga, ketika program pertama telah berjalan lancar. Akan tetapi, mereka harus terus memperbaiki kekurangan-kekurangan dan kendala-kendala yang mereka hadapi ketika program tersebut berhasil dilaksanakan.
Masyarakat juga janganlah bergantung pada program-program saja ketika mereka hendak membersihkan lingkungan mereka. Akan tetapi, masyarakat jugaharus terus menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan setiap hari diluar program.
Pemerintah juga harus mendukung usaha-usaha yang telah dilakukan masyarakatnya untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Pemerintah harus terus menegaskan peraturan-peraturan yang telah dibuat, jangan menjadikan peraturan-peraturan tersebut hanya sebatas diatas kertas.

DAFTAR PUSTAKA
Entjang, Indan. (1994). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Bandung.
Hasri, Muhammad. 2009. Implementasi Perilaku Gotong Royong dalam Kehidupan Masyarakat Perkotaan Bulukumba.http://hasrilpmp.wordpress.com/2009/01/27/implementasi-perilaku-gotong-royong-dalam-kehidupan-masyarakat-perkotaan-bulukumba/. [18 Mei 2010]


Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soerjohardjo, Sadatoen. 1960. Ilmu Kesehatan. Jakarta: Prapanca.



DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama                                       : Rachmawati Agus Marsanti
NIM                               : 0621150009
Penghargaan                  : Juara 3 Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa                                                UKI 2009
           

Tidak ada komentar: