Sebelum anda mengantuk sambil meneruskan membaca sekelumit cerita ini, sebaiknya anda bertanya dalam hati; apa hubungannya gerobak buruk, sapi gila dengan Sang Ketua?.
Yang anda maksudkan dengan pertanyaan dalam hati adalah tulisan ini merupakan sindiran, atau salah satu bentuk luapan emosi penulis ketika mencernah cerita hidup Para Ketua Organisasi Mahasiswa tertua di Indonesia, bukan..!
tidak demikian...!, pepatah ini sering di ucapkan oleh masyarakat awam di kecamatan Sungai Keruh, sumatera selatan.
“Grobak
buruk dunde sapi gile”
Kurang lebih seperti itu ungkapan orang-orang awam di kecamatan sungai keruh untuk melukiskan sebuah cerita pengalaman lucu yang unik namun jarang terjadi. Lain halnya dengan Ketua Organisasi Mahasiswa Tua yang anda maksud,
meski berbeda orang yang menjadi Ketua di Organisasi tersebut berbeda-beda ceritanya selama memimpin, namun ia bisa dipastikan akan ada ceritanya masing-masing.
Apapun ceritanya, lucu, unik, atau malah memalukan sekalipun. Selama Organisasi tersebut masih ada re-generasi, selama itu pula akan ada cerita tentang kisah perjalanannya menentukan nasib. Pertanyaannya adalah Nasib siapakah itu?
Nasib dia sendiri?,
Organisasi?,
atau para penerusnya di Organisasi yang ia pimpin?
Pepatah Gerobak buruk dan sapi gila ini lebih cocok bila dikaitkan dengan jalan pikiran kita tentang sebuah kebebasan dan fakta kejadian yang sudah berlangsung dari berbagai slogan ideologi, strategi dan tentang kebebasan berpendapat, bersuara dan bertindak.
Bentuk kebebasan tersebut dijamin oleh negara-negara Demokrasi, namun bukanlah kebebasan yang sebebas-bebasnya untuk anda ekspresikan dalam ruang publik, melainkan kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang terbatas, Nah..!
Bagaimana hal itu?
Mungkin anda tidak sepenuhnya salah dalam mengartikan kalimat kebebasan, paling tidak saya sedikit setuju dengan pengertian yang ada di benak anda, bahwa kebebasan itu tentu tidak terbatas.
Kita tahu bahwa orang marah sering berkata; “Sabar itu ada batasnya....!!! ):O
- bila sabar itu terbatas tentu itu bukanlah sabar, karena ia sudah tidak sabar sampai pada titik kesabarannya yang terakhir.
Begitu juga kiranya dengan “Kebebasan” bila kebebasan itu terbatas tentu tidak bisa kita maknai dengan kebebasan, melainkan terbatas.
Keterbatasan itu sesuai dengan titah sang pencipta, bahwa kita telah diberikan kebebasan dalam ketidakbebasan yang ada menurut aturan yang berlaku.
Sejanak
kita berkata dalam hati yang sebenarnya berkata lewat mulut atau tulisan pun
tidak apa...!
Jika hidup hanya menyandarkan pada aturan hukum, tentu akan banyak hal terjadi yang tidak mengenakkan, tidak etis, tabu dsb.
Kali ini saya benar-benar akan membenarkan anda yang berpikir demikian...!
Karena bukan hanya anda yang berpikir seperti itu melainkan beberapa Pakar Hukum telah berusaha memberikan jawaban buat anda.
bahwa semakin banyak produk hukum dalam suatu Negara itu dibuat, menunjukkan semakin banyak hukum yang dilanggar dalam Negara tersebut.
Dalam hal ini Pakar Hukum Dunia ber-alibi, bukan kesalahan para pakar hukum yang tidak membuat produk hukum tentang apa yang akan dilanggar di masa sekarang melainkan hal itu adalah PR bagi kita yang ada di zaman ini.
Pernyataan itu sejalan dengan pernyataan bung Karno yang pernah berpesan “persoalan yang lebih sulit adalah persoalan yang akan dihadapi oleh generasi penerus bangsa Indonesia”.
Jika hidup hanya menyandarkan pada aturan hukum, tentu akan banyak hal terjadi yang tidak mengenakkan, tidak etis, tabu dsb.
Kali ini saya benar-benar akan membenarkan anda yang berpikir demikian...!
Karena bukan hanya anda yang berpikir seperti itu melainkan beberapa Pakar Hukum telah berusaha memberikan jawaban buat anda.
bahwa semakin banyak produk hukum dalam suatu Negara itu dibuat, menunjukkan semakin banyak hukum yang dilanggar dalam Negara tersebut.
Dalam hal ini Pakar Hukum Dunia ber-alibi, bukan kesalahan para pakar hukum yang tidak membuat produk hukum tentang apa yang akan dilanggar di masa sekarang melainkan hal itu adalah PR bagi kita yang ada di zaman ini.
Pernyataan itu sejalan dengan pernyataan bung Karno yang pernah berpesan “persoalan yang lebih sulit adalah persoalan yang akan dihadapi oleh generasi penerus bangsa Indonesia”.
Bicara hukum selalu saja ada yang kurang, karena produk hukum dihasilkan dari pengalaman yang di rangkai dalam teori manusia untuk membatasi strategi, gerak dan tindakan yang tidak menyenangkan.
Bila anda seorang muslim tentu sesekali anda melihat atau mungkin mendengar bahwa seorang muslim bisa bertindak tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Hal itu bisa dikatakan setidaknya, bahwa aturan sang penciptanya sendiri pun kurang memadai untuk menampung kebebasan yang ia punya dalam benaknya.
Prilaku dan tindakan yang kita lakukan tanpa ada rasa ragu akan memancing kemarahan orang lain, mungkin ini bisa kita sebut sebagai prilaku yang baik, bila pada akhirnya ternyata rasa yakin itu bertentangan dengan hukum yang berlaku, atau aturan agama yang kita anut.
karena ketidak tahuan kita, hal itu mendapatkan keringanan dalam sanksinya. Nah...!
ketidak tahuan dan keraguan yang tetap dipaksakan itulah yang saya maksudkan dengan judul tulisan ini. Groobak Buuruuk Dunde Sapi Gile yang bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang baik berarti ;
Groobak = Gerobak,
Buuruuk = Buruk,
Dunde = dibawa’,
Sapi = Lembuh/sapi,
Gile = Gila.
Akhir kata, “selamat melanjutkan kantuk sampai tertidur lalu bermimpi”
