Mang
Azim dan mang Taman terdiam sejenak menatap dengan kosong sambil menghisap dan
menghembuskan asap rokok yang dihisab, mmbbuuu....h......!
untuk memecah kesunyian mang Taman berucap “mak mane zim..?” dengan santai mang Azim menoleh dan menjawab “ape-nye mak mane yung.?”
untuk memecah kesunyian mang Taman berucap “mak mane zim..?” dengan santai mang Azim menoleh dan menjawab “ape-nye mak mane yung.?”
Bila pemerintah yang tak sadar atau malah
tak mengerti posisinya selaku orang pemerintahan yang seharusnya bertindak
untuk melayani masyarakat karena ia dipercaya untuk mewakili rakyat dalam
mengurusi urusan pemerintahan, mereka berusaha untuk mempersulit hal-hal yang
sebenarnya gampang “bila bisa di persulit kenapa dipermudah” kira-kira selogan
ini yang mereka praktekkan.
Meski terlihat tidak baik atau bahkan cenderung
jahat hal ini paling tidak pernah terjadi pada pemerintahan kita Indonesia. Sebagai
bentuk perlawanan dari selogan pemerintahan tersebut maka masyarakat juga
mengeluarkan selogan “se-lagi ada yang mudah, kenapa cari yang sulit”.
Selogan
dibalas dengan selogan, inilah yang kita pahami sebagai bentuk kontrol sosial.
Kacamata politik melihat hal ini sebagai peperangan issu.
Slogan atau cerita tegur sapa antara mang
Taman dan mang Azim tersebut menyiratkan pada kita tentang sebuah pandangan
hidup yang baik yang akan kita tujuh atau kita praktekkan. Ideologi” jawaban
dari kaum intetelektual...!, ia berasal dari dua suku kata yaitu Idea =
ide/pemikiran dan Logos = Ilmu.
Memang tidak semua orang yang menyukai untuk
mempelajari Ideologi tersebut, tetapi ia pun tidak bisa menafikannya, bahwa
manusia berbuat dan bertindak sesuai dengan pemahamannya dalam arti, apa yang
ia pahami sebagai tujuan hidup yang baik, itulah yang akan ia usahakan
sepanjang hidupnya.
Dalam cerita tentang ideologi, tidak begitu
menarik bagi setiap orang, karena di dalamnya terdapat cerita yang mengerikan,
pembunuhan, penipuan dan sebagainya. Tetapi siapa yang peduli atau siapa yang
tidak pernah marah atau melakukan kesalahan dalam hidupnya?.
Sebuah tindakan
yang salah, yang menyebabkan penderitaan pada orang lain. Kenapa hal seperti
ini bisa terjadi ? latarbelakang kesalahan itu sangat erat kaitannya dengan
kebebasan kita selaku pribadi.
Bahwa tidak ada orang yang menginginkan
kebebasannya di batasi walaupun pada akhirnya faktor terbesar yang menyebabkan
keterbatasan itu berasal dari dirinya sendiri.
Ideologi sebagai pandangan hidup manusia
secara pribadi maupun kelompok selalu saja ada yang kurang bila kita cermati
secara serius, hal ini juga di akui oleh pemuja Demokrasi dengan
perkataannya;
demokrasi tidak sepenuhnya benar, namun ia bisa dibenarkan sebelum ada sebuah pandangan lain yang lebih baik lagi.
Lebih sadis lagi Vilfredo Pareto mengatakan bahwa tidak terlalu penting apa yang menjadi prinsip yang dinyatakan oleh sebuah pemerintah, Demokratis, sosialis, ataupun leberal, karena akibatnya sama saja yaitu penindasan kaum miskin untuk keuntungan siapa saja yang berkuasa.
demokrasi tidak sepenuhnya benar, namun ia bisa dibenarkan sebelum ada sebuah pandangan lain yang lebih baik lagi.
Lebih sadis lagi Vilfredo Pareto mengatakan bahwa tidak terlalu penting apa yang menjadi prinsip yang dinyatakan oleh sebuah pemerintah, Demokratis, sosialis, ataupun leberal, karena akibatnya sama saja yaitu penindasan kaum miskin untuk keuntungan siapa saja yang berkuasa.
Setelah semua bentuk ideologi yang ada
sekarang ini kita campakkan ke tong sampah.
Untuk menjalani sesuatu tentu harus terbersit sebuah
tujuan paling tidak, lalu bagaimana otak kita menggambarkan tentang suatu
tujuan yang tidak kita miliki pengetahuan tentangnya.
Yaa... namanya juga jalani saja mengalir....!
Namun faktanya peradaban dunia pun tidak pernah menuju pada kebaikan secara adil dan merata. Keadilan merata tidak akan terwujud dalam sebuah rencana manusia yang disebabkan sifat dasar manusia yang tidak pernah akan puas sesuai dengan pengetahuannya.
Lalu apa yang ingin kita wujudkan
sambil menunggu waktu ajal datang?.
Aah... jalani saja apa yang ada sahutan
dari tetangga seberang...!
Yaa... namanya juga jalani saja mengalir....!
kata mengalir ini bila kita identikkan dengan air yang
mengalir, tentunya hukum air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah dan bisa digapai.
Jika itu prinsip hidup mu maka peradaban tidak akan
maju..!
jawab seorang pemikir jenius dengan penuh keyakinan".
Namun faktanya peradaban dunia pun tidak pernah menuju pada kebaikan secara adil dan merata. Keadilan merata tidak akan terwujud dalam sebuah rencana manusia yang disebabkan sifat dasar manusia yang tidak pernah akan puas sesuai dengan pengetahuannya.
Sampai disini, sebenarnya kehidupan siapa
yang lebih baik dirasakan? Kehidupan mang Taman dan mang Azim yang awam?,
ataukah kehidupan para pemikir intelek yang selalu gelisah mempertanyakan dalam
dirinya sendiri tentang apa yang akan ia perbuat?.
Dalam ajaran agama Islam mengatakan
orang bahagia di dunia karena Ilmu, dan orang bahagia di Akhirat juga karena
Ilmu (Iqro’). Maka secara logika perbandingannya antara kehidupan yang dijalankan oleh mang Taman dan mang Azim yang tidak pernah mengalami stres dalam hidupnya, sedangkan kehidupan para pemikir yang intelek penuh dengan ketegangan, kekhawatiran, tentu saja peluang stresnya lebih tinggi.
Tetapi
tetap saja, orang yang bisa mengerem dirinya, akan lebih bangga bagi orang yang
lebih banyak melakukan sesuatu walau hal itu penuh resiko.
Apa gunanya selembar kertas yang penuh dengan tulisan bila tidak kita mengerti bahwa itu adalah surat berharga yang bernilai Milyaran Rupiah. Bila surat itu ditangan kita tentu kita sepelehkan saja sebagai akibat ketidak pahaman kita akan guna dari surat berharga tersebut. Lain halnya dengan pegawai Bank yang mengerti bila surat itu ditangannya tentu akan ia simpan ditempat yang baik serta aman.
Mang Taman dan mang Azim tidak suka belajar tentang Ideologi, tetapi pada prakteknya mereka ber-Ideologi walau tanpa ber-patron pada pengalaman seorang pelaku penyelidik ideologi itu sendiri.
Begitu juga sekelompok orang yang membenci kelompok orang-orang yang mempelajari politik atau para pembenci agama-agama, pada prakteknya mereka juga berpolitik sesuai dengan keinginan nafsu mereka dengan tanpa mempedulikan aturan-aturan atau etika dalam berpolitik, juga para Ateis pun demikian adanya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk larangan mempelajari seuatu termasuk ideologi ataupun politik yang dipandang sebagai makhluk mengerikan di muka bumi ini, adalah suatu bentuk tindakan ideologis maupun politis yang datang dari kelompok maupun individu.
Ideologi adalah tahapan perencanaan tentang yang akan ditujuh dan politik adalah raung gerak untuk mewujudkan suatu tujuan yang pandang dalam hidup. Untuk itulah etika dan kode etik itu perlu diketahui, agar terhidar dari kesalahan yang patal atau terlalu membebankan penderitaan pada orang lain.
So... tidak lain maa...nnn...! jalannya
adalah mempelajari hal itu semua untuk mengetahuinya.
1 komentar:
mantap tindakan...
Posting Komentar