Translate

Rabu, 06 Februari 2013

Idealnya Sikap Pemimpin



oleh : Muhibullah (Ulla)
Pengantar

Setiap manusia adalah seorang pemimpin, baik itu untuk memimpin dirinya sendiri, keluarga bahkan Negara sekalipun, dan setiap pemimpin nantinya akan dimintai pertanggunjawaban masing-masing. Pemimpin adalah orang yang bisa mempegaruhi orang lain untuk sama-sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin harus mampunyai karakter yang baik, dan terjauh dari sikap memanfaatkan masyarakat untuk kepentingan dirinya serta terhindar dari degradasi moral, yang dampaknya dapat membuat orang yang dia pimpin itu kesal, marah dan bahkan kecewa. Namun demikian rasa seperti itu lumrah terjadi dan bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa sejak kehadiran manusia di muka bumi, pengingkaran terhadap pemimpin tidak pernah sirna dari muka bumi. Meskipun dampak serta sikap semacam itu akan membuat pemimpin kehilangan kepercayaan diri, membuat kerapuhan mental dan ideology anak bangsa yang dipersiapkan nantinya melanjutkan estapet kepemimpinan selanjutnya.

Negara yang kita cintai ini telah beberapa kali mengalami pergantian kepemimpinan. Pemimpin yang terpilih, kita harapkan dapat mensejahterakan dan membuat kebijakan-kebijakan yang pro terhadap rakyat, sebaliknya dalam konteks sekarang ini malah menyengsarakan rakyat dan kebijakan-kebijakan yang di buat semata-mata hanya menguntungkan golongannya sendiri. Pergantian tonggak kepemimpinan hanya meciptakan formula-formula baru dalam merusak karakter anak bangsa, kita belum menemukan sosok seorang pemimpin yang bisa mengayomi rakyatnya, seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat dan the founding father, seperti yang termaktup dalam butir-butir pancasila.

Negara kita yang mayoritas penduduknya ummat Islam belum bisa mencetuskan sikap seorang pemimpi seperti  yang telah di ajarkan sekaligus di contohkan oleh uswatun hasana yaitu RASULULLAH SAW yang memiliki sipat Tablik, Siddik, Fatanah dan Amanah. Yang mana beliau dapat menyatukan kaum Muhajirin dan kaum Ansor yang saling berseteruh dan masyarakat yang dipimpin pada saat itu senang, sejahtera, aman dan bahkan orang-orang yang tidak menerima ajaran yang dia bawa, salut dengan sifat yang dimiliki oleh RASULULLAH SAW.

Melihat kondisi bangsa saat ini mengalami krisis multidimensi, carut marutnya pengelolaan Negara, di tandai dengan belum tegaknya hukum secara benar, terpuruknya ekonomi, degradasi moral pemimpin bangsa dan masih sangat banyak masyarakat yang belum merasakan kesejahteraan. Maka sudah saatnya kita sebagai jiwa-jiwa muda Umat Islam yang nantinya akan melanjutkan estapet kepemimpinan untuk mengkaji kembali sifat-sifat kepemimpinan yang dimiliki RASULULLAH SAW, dan  itu acuan dalam bersikap, agar supaya Negara kita kedepan bisa menjadi Negara yang madani dan kejayaan Islam bisa kita raih lagi.


Kepemimpinan dalam Organisasi.

Mengenai organisasi, secara umum kita kenal dengan tiga macam jenis organisasi berdasarkan sifat dan fungsinya yaitu organisasi klasik, neo-klasik, dan modern. Dalam tipe organisasi klasik, kecenderungan suatu kepemimpinan lebih condong kearah otoriter dan bersifat kaku, dimana anggota suatu organisasi tersebut sangat berketergantungan terhadap sosok pemimpinnya. Dengan demikian, bila sosok pemimpin dalam suatu organisasi tipe klasik terlihat lemah, maka hal itu pula yang terjadi dengan anggota maupun pengurus dari organisasi tersebut.

Berkaca dari beberapa kelemahan-kelemahan organisasi klasik tersebut, maka perkembangan tipe dan sifat yang dikembangkan oleh organisasi yang kita kenal dengan Neo-Klasik, dimana tipe organisasi neo-klasik ini berusaha mengembangkan sifat penghargaan atau insentif bagi seluruh pengurus maupun anggota organisasinya. Penghargaan atau insentif yang dijanjikan oleh suatu organisasi neo-klasik ini bermaksud untuk memacu kreatifitas atau loyalitas para pengurus maupun anggotanya untuk suatu peningkatan mutu dari organisasi beserta orang-orangnya. Namun demikian masih terdapat beberapa kekurangan dalam tipe ini diantaranya; menyandarkan pada pandangan sosok pemimpin dalam suatu organisasi tersebut. Dalam kata lain lebih bersifat Asal Bapak Senang (ABS). sehingga dengan sikap para pengurus dan anggota yang selalu berusaha menyuguhkan sesuatu yang bersifat menjilat kepada pemimpinnya ini. Organisasi tipe neo-klasik ini cenderung mengarah kepada kemunduran atau justru bisa berbalik arah dari namanya itu sendiri neo-klasik atau model baru dari tipe organisasi klasik. Secara tak langsung dapat kita simpulkan bahwa sikap ABS ini cederung kepada sikap feodal, layaknya seperti organisasi pemerintahan yang sifat kerajaan. Disisi lain, sikap ABS ini bisa menyebabkan keretakan dalam suatu organisasi-organisasi tipe neo-klasik, sebagai dampak dari persaingan yang tidak sehat atau tidak sesuai antara prilaku sesungguhnya dengan apa yang dinampakkan didepan pemimpin.

Perkembangan model dan sifat-sifat yang dijalankan dalam dunia keorganisasian mengalami peningkatan yang pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi pada abad ke 18-an, yang ditandai dengan munculnya berbagai teknologi dan industri. Selama tiga abad terakhir ini pola dan model-model organiasi masuk keabad modern. Pengertian modern yang dimaksudkan menuju kearah yang tanpa batas, dimana para pengurus dan anggota dalam sebuah organisasi di abad modern ini menjadi magnet bagi setiap orang yang mendambakan kebebasan bersikap dan berekspresi. Tipe oraganisasi modern ini bermaksud untuk mengentaskan persoalan kelemahan-kelemahan dalam dua tipe organisasi sebelumnya yaitu organisasi klasik dan neo-klasik. Pada organisasi tingkat modern ini berusaha untuk memberikan kebebasan berekspresi, bersikap, berpendapat serta mengekpresikan pemikiran-pemikiran dari setiap anggota maupun pengurus organisasi yang mana hanya di syaratkan bagi personal tersebut untuk berkoordinasi dengan pemimpinnya saja. Seorang anggota dapat saja mengalahkan pemikiran dari para pengurus maupun pemimpinnya dalam hal pemikiran yang objektif serta ilmia yang dapat dibuktikan demi kemajuan atau keberhasilan dari lembaga organisasinya. Dalam pase ini pula dimana setiap orang baik pengurus maupun anggotanya dianggap sebagai aset yang berharga serta memiliki kemampuan untuk berpikir jenius serta mewujudkan apa yang menjadi minat positifnya untuk mengembangkan diri dan organisasi.

Adapun kritik mendasar yang dihadapi oleh organisasi tipe modern dizaman sekarang ini adalah, dimana setiap orang dituntut untuk hal-hal yang bersifat praktis dalam cara berpikirnya masing-masing. Dengan pola pemikiran yang praktis tersebut, selain cenderung mengabaikan hal-hal yang lebih terjaga kelestariannya juga cenderung bersikap eksploitasi sehingga keberlangsungan kedepan serta sikap kepemimpinan yang ditonjolkan oleh pemimpin cederung melemah dan masing-masing bersikap pragmatis. Pragmatis disini dimaksudkan lebih cenderung pada sikap cuek dan acuh terhadap lingkungannya yang mana hal itu sedikit mengalami krisis rasa senasib dan sepenanggungan diantara personal-personalnya. Dalam kata lain cenderung mengarah pada sikap dan tingkah-laku seorang kapitalis sejati. Hal inipun tidak dapat diterima secara universal oleh para anggota, pengurus maupun masyarakat dunia sekalipun.


Sifat-sifat teladan dalam kepemimpin Rasulullah.

Siddiq, atau jujur yang lebih kearah setiap perkataan yang diucapkan dapat dijadikan pegangan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain yang mendengarkan atau dijanjikan lewat kata-katanya. Dengan sikap ini kebohongan atau penipuan dapat terhindarkan dari sosok Rasulullah SAW. Budaya adu domba dapat teratasi yang kemudian berdampak atau berefek samping yang kita kenal dengan istilah commitment (ucapan/janji),  consekuent (siap menerima semua resiko dari setiap ucapan/janji yang telah di kemukakan) dan consistent (menjaga hati dan pikiran dari sikap yang menyimpang dari sikap dan ucapan tersebut).

Amanah atau dapat dipercaya yang dimaksudkan ini adalah persoalan sikap atau karakter yang kuat untuk mengatakan tidak terhadap setiap kemungkinan atau tawaran yang datang pada dirinya selaku pribadi yang mana hal itu dapat menyebabkan orang lain dirugikan, dimana pemimpin tersebut menyangsikan terhadap tindakan yang akan dia ambil akibat suatu tawaran atau janji dari orang lain terhadap keuntungan pribadinya.

Fatonah atau cerdas, disini yang dimaksudkan adalah mempunyai pegangan atau pedoman yang kuat dalam setiap prilaku, sikap dan setiap keputusan-keputusan yang diambil dan diberlakukan untuk seluruh anggota maupun pengurus dalam sebuah organisasi. Dalam kata lain setiap pola pikir, pola tindak, dan pola sikap seseorang yang mempunyai sifat fatonah ini adalah berpegang teguh atau berpedoman yang kuat dengan landasan asas dan ideology suatu organisasinya.

Tabliq atau menyampaikan, bermaksud tidak menutup-nutupi kebenaran maupun informasi yang baik bagi orang-orang di lingkungannya, sehingga rasa keadilan, senasib dan sepenanggungan serta rasa satu-kesatuan yang kuat terhadap kepentingan kelompok atau kita kenal dengan istilah solid dalam arti saling mendukung untuk kemajuan dan keberhasilan setiap individu di lingkungannya.


Kesimpulan

Sebagai kesimpulan dari berbagai hal yang telah dikemukakan diatas terkait masalah kepemimpinan dan tipe organisasi ini dapat kita simpulkan bahwa pola dan sikap yang sesuai dengan ajaran Islam lebih merupakan solusi bagi masa depan suatu organisasi maupun Negara sekalipun. Bahwa kemajuan bidang apapun yang berusaha menyingkirkan esensi-esensi dari ajaran yang konon datang dari tuhan tersebut, seperti larut ditelan waktu serta tidak mampu diterima secara universal.

Tidak ada komentar: