oleh : Muhibullah (Ulla)
Pengantar
Setiap
manusia adalah seorang pemimpin, baik itu untuk memimpin dirinya sendiri,
keluarga bahkan Negara sekalipun, dan setiap pemimpin nantinya akan dimintai
pertanggunjawaban masing-masing. Pemimpin adalah orang yang bisa mempegaruhi orang lain
untuk sama-sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin harus
mampunyai karakter yang baik, dan terjauh dari sikap memanfaatkan masyarakat
untuk kepentingan dirinya serta terhindar dari degradasi moral, yang dampaknya
dapat membuat orang yang dia pimpin itu kesal, marah dan bahkan kecewa. Namun
demikian rasa seperti itu lumrah terjadi dan bahkan tidak dapat dipungkiri
bahwa sejak kehadiran manusia di muka bumi, pengingkaran terhadap pemimpin
tidak pernah sirna dari muka bumi. Meskipun dampak serta sikap semacam itu akan membuat
pemimpin kehilangan kepercayaan diri, membuat kerapuhan mental dan
ideology anak bangsa yang dipersiapkan nantinya melanjutkan estapet
kepemimpinan selanjutnya.
Negara
yang kita cintai ini telah beberapa kali mengalami pergantian kepemimpinan.
Pemimpin yang terpilih, kita harapkan dapat mensejahterakan dan membuat
kebijakan-kebijakan yang pro terhadap rakyat, sebaliknya dalam konteks sekarang
ini malah menyengsarakan rakyat dan kebijakan-kebijakan yang di buat
semata-mata hanya menguntungkan golongannya sendiri. Pergantian tonggak
kepemimpinan hanya meciptakan formula-formula baru dalam merusak karakter
anak bangsa, kita belum menemukan sosok seorang pemimpin yang bisa mengayomi
rakyatnya, seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat dan the founding father, seperti yang termaktup dalam butir-butir
pancasila.
Negara
kita yang mayoritas penduduknya ummat Islam belum bisa mencetuskan sikap
seorang pemimpi seperti yang telah di
ajarkan sekaligus di contohkan oleh uswatun hasana yaitu
RASULULLAH SAW yang memiliki sipat Tablik, Siddik, Fatanah dan Amanah. Yang
mana beliau dapat menyatukan kaum Muhajirin dan kaum Ansor yang saling
berseteruh dan masyarakat yang dipimpin pada saat itu senang, sejahtera, aman
dan bahkan orang-orang yang tidak menerima ajaran yang dia bawa, salut dengan
sifat yang dimiliki oleh RASULULLAH SAW.
Melihat
kondisi bangsa saat ini mengalami krisis multidimensi,
carut marutnya pengelolaan Negara, di tandai dengan belum tegaknya hukum
secara benar, terpuruknya ekonomi, degradasi moral pemimpin bangsa dan masih
sangat banyak masyarakat yang belum merasakan kesejahteraan. Maka sudah saatnya
kita sebagai jiwa-jiwa muda Umat Islam yang nantinya akan melanjutkan estapet
kepemimpinan untuk mengkaji kembali sifat-sifat kepemimpinan yang dimiliki
RASULULLAH SAW, dan itu acuan dalam
bersikap, agar supaya Negara kita kedepan bisa menjadi Negara yang madani dan
kejayaan Islam bisa kita raih lagi.
Kepemimpinan dalam Organisasi.
Mengenai
organisasi, secara umum kita kenal dengan tiga macam jenis organisasi
berdasarkan sifat dan fungsinya yaitu organisasi klasik, neo-klasik, dan
modern. Dalam tipe organisasi klasik, kecenderungan suatu kepemimpinan lebih
condong kearah otoriter dan bersifat kaku, dimana anggota suatu organisasi
tersebut sangat berketergantungan terhadap sosok pemimpinnya. Dengan demikian,
bila sosok pemimpin dalam suatu organisasi tipe klasik terlihat lemah, maka hal
itu pula yang terjadi dengan anggota maupun pengurus dari organisasi tersebut.
Berkaca
dari beberapa kelemahan-kelemahan organisasi klasik tersebut, maka perkembangan
tipe dan sifat yang dikembangkan oleh organisasi yang kita kenal dengan
Neo-Klasik, dimana tipe organisasi neo-klasik ini berusaha mengembangkan sifat
penghargaan atau insentif bagi seluruh pengurus maupun anggota organisasinya.
Penghargaan atau insentif yang dijanjikan oleh suatu organisasi neo-klasik ini
bermaksud untuk memacu kreatifitas atau loyalitas para pengurus maupun
anggotanya untuk suatu peningkatan mutu dari organisasi beserta orang-orangnya.
Namun demikian masih terdapat beberapa kekurangan dalam tipe ini diantaranya;
menyandarkan pada pandangan sosok pemimpin dalam suatu organisasi tersebut.
Dalam kata lain lebih bersifat Asal Bapak Senang (ABS). sehingga dengan sikap
para pengurus dan anggota yang selalu berusaha menyuguhkan sesuatu yang
bersifat menjilat kepada pemimpinnya ini. Organisasi tipe neo-klasik ini
cenderung mengarah kepada kemunduran atau justru bisa berbalik arah dari
namanya itu sendiri neo-klasik atau model baru dari tipe organisasi klasik.
Secara tak langsung dapat kita simpulkan bahwa sikap ABS ini cederung kepada
sikap feodal, layaknya seperti organisasi pemerintahan yang sifat kerajaan.
Disisi lain, sikap ABS ini bisa menyebabkan keretakan dalam suatu organisasi-organisasi
tipe neo-klasik, sebagai dampak dari persaingan yang tidak sehat atau tidak
sesuai antara prilaku sesungguhnya dengan apa yang dinampakkan didepan
pemimpin.
Perkembangan
model dan sifat-sifat yang dijalankan dalam dunia keorganisasian mengalami
peningkatan yang pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi pada abad ke 18-an, yang ditandai dengan munculnya berbagai teknologi
dan industri. Selama tiga abad terakhir ini pola dan model-model organiasi
masuk keabad modern. Pengertian modern yang dimaksudkan menuju kearah yang
tanpa batas, dimana para pengurus dan anggota dalam sebuah organisasi di abad
modern ini menjadi magnet bagi setiap orang yang mendambakan kebebasan bersikap
dan berekspresi. Tipe oraganisasi modern ini bermaksud untuk mengentaskan
persoalan kelemahan-kelemahan dalam dua tipe organisasi sebelumnya yaitu
organisasi klasik dan neo-klasik. Pada organisasi tingkat modern ini berusaha
untuk memberikan kebebasan berekspresi, bersikap, berpendapat serta
mengekpresikan pemikiran-pemikiran dari setiap anggota maupun pengurus
organisasi yang mana hanya di syaratkan bagi personal tersebut untuk
berkoordinasi dengan pemimpinnya saja. Seorang anggota dapat saja mengalahkan
pemikiran dari para pengurus maupun pemimpinnya dalam hal pemikiran yang
objektif serta ilmia yang dapat dibuktikan demi kemajuan atau keberhasilan dari
lembaga organisasinya. Dalam pase ini pula dimana setiap orang baik pengurus
maupun anggotanya dianggap sebagai aset yang berharga serta memiliki kemampuan
untuk berpikir jenius serta mewujudkan apa yang menjadi minat positifnya untuk
mengembangkan diri dan organisasi.
Adapun
kritik mendasar yang dihadapi oleh organisasi tipe modern dizaman sekarang ini
adalah, dimana setiap orang dituntut untuk hal-hal yang bersifat praktis dalam
cara berpikirnya masing-masing. Dengan pola pemikiran yang praktis tersebut,
selain cenderung mengabaikan hal-hal yang lebih terjaga kelestariannya juga
cenderung bersikap eksploitasi sehingga keberlangsungan kedepan serta sikap
kepemimpinan yang ditonjolkan oleh pemimpin cederung melemah dan masing-masing bersikap pragmatis.
Pragmatis disini dimaksudkan lebih cenderung pada sikap cuek dan acuh terhadap
lingkungannya yang mana hal itu sedikit mengalami krisis rasa senasib dan
sepenanggungan diantara personal-personalnya. Dalam kata lain cenderung
mengarah pada sikap dan tingkah-laku seorang kapitalis sejati. Hal inipun tidak
dapat diterima secara universal oleh para anggota, pengurus maupun masyarakat
dunia sekalipun.
Sifat-sifat teladan dalam kepemimpin Rasulullah.
Siddiq,
atau jujur yang lebih kearah setiap perkataan yang diucapkan dapat dijadikan
pegangan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain yang mendengarkan
atau dijanjikan lewat kata-katanya. Dengan sikap ini kebohongan atau penipuan
dapat terhindarkan dari sosok Rasulullah SAW. Budaya adu domba dapat teratasi
yang kemudian berdampak atau berefek samping yang kita kenal dengan
istilah commitment (ucapan/janji),
consekuent (siap menerima semua resiko dari setiap ucapan/janji yang
telah di kemukakan) dan consistent (menjaga hati dan pikiran dari sikap yang
menyimpang dari sikap dan ucapan tersebut).
Amanah
atau dapat dipercaya yang dimaksudkan ini adalah persoalan sikap atau karakter
yang kuat untuk mengatakan tidak terhadap setiap kemungkinan atau tawaran yang datang
pada dirinya selaku pribadi yang mana hal itu dapat menyebabkan orang lain
dirugikan, dimana pemimpin tersebut menyangsikan terhadap tindakan yang akan
dia ambil akibat suatu tawaran atau janji dari orang lain terhadap keuntungan
pribadinya.
Fatonah
atau cerdas, disini yang dimaksudkan adalah mempunyai pegangan atau pedoman
yang kuat dalam setiap prilaku, sikap dan setiap keputusan-keputusan yang
diambil dan diberlakukan untuk seluruh anggota maupun pengurus dalam sebuah
organisasi. Dalam kata lain setiap pola pikir, pola tindak, dan pola sikap
seseorang yang mempunyai sifat fatonah ini adalah berpegang teguh atau
berpedoman yang kuat dengan landasan asas dan ideology suatu organisasinya.
Tabliq
atau menyampaikan, bermaksud tidak menutup-nutupi kebenaran maupun informasi
yang baik bagi orang-orang di lingkungannya, sehingga rasa keadilan, senasib
dan sepenanggungan serta rasa satu-kesatuan yang kuat terhadap kepentingan
kelompok atau kita kenal dengan istilah solid dalam arti saling mendukung
untuk kemajuan dan keberhasilan setiap individu di lingkungannya.
Kesimpulan
Sebagai
kesimpulan dari berbagai hal yang telah dikemukakan diatas terkait masalah
kepemimpinan dan tipe organisasi ini dapat kita simpulkan bahwa pola dan sikap
yang sesuai dengan ajaran Islam lebih merupakan solusi bagi masa depan suatu
organisasi maupun Negara sekalipun. Bahwa kemajuan bidang apapun yang berusaha
menyingkirkan esensi-esensi dari ajaran yang konon datang dari tuhan tersebut,
seperti larut ditelan waktu serta tidak mampu diterima secara universal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar